KABAR PANGANDARAN – Penampilan seni tradisional dari perwakilan Kabupaten Pangandaran berhasil mencuri perhatian ratusan penonton pada pagelaran Napak Jagat Pasundan Ngaruat Jagat, Sabtu malam (15/11/2025). Dalam suasana panggung yang diselimuti rintik-rintik hujan, kolaborasi apik antara Sanggar Seni Saung Angklung Mang Koko dan Kacapi Rajah Abah Didin Jentreng menghadirkan pertunjukan yang memukau sekaligus sarat nilai budaya.
Penampilan Sanggar Seni khas Saung Mang Koko begitu juga dengan petikan kacapi rajah Abah Didin menciptakan nuansa magis dan sakral yang begitu kental dengan identitas seni Sunda.
Iringan musik yang lembut namun memiliki kekuatan emosional berhasil membuat para penonton larut dalam suasana pertunjukan, seolah diajak menyelami perjalanan budaya yang mengakar kuat di tanah Pasundan.
Meskipun cuaca tidak bersahabat dan rintik hujan terus turun, antusiasme masyarakat tidak surut. Ratusan penonton tetap bertahan hingga akhir pertunjukan dan menikmati setiap sajian seni yang menggema di Lapang Emerson Grend, Pangandaran. Suasana yang tercipta justru menambah kesan syahdu, menjadikan pagelaran ini terasa semakin istimewa.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Milangkala ke-13 Kabupaten Pangandaran yang dipersembahkan oleh Coklat Kita sebagai bentuk apresiasi terhadap seni dan budaya lokal. Pada kesempatan tersebut, tampil pula sejumlah sanggar seni lain yang turut mewakili Kabupaten Pangandaran, seperti Algia, Jenggala Manik, Rengganis, serta Kacapi Rajah Abah Didin Jentreng.
“Selain Sanggar Seni Saung Mang Koko, juga ada sanggar lainnya seperti Algia, Jenggala Manik, Rengganis, dan Kacapi Rajah Abah Didin Jentreng yang mewakili Kabupaten Pangandaran,” ujar Mang Koko.
Pagelaran Napak Jagat Pasundan Ngaruat Jagat ini dihadiri pula oleh sanggar-sanggar seni dari berbagai wilayah Jawa Barat. Kehadiran mereka menjadi bentuk pelestarian tradisi Ngaruat Jagat atau Meruat Jagat, sebuah ritual budaya dengan tujuan menjaga keseimbangan alam, memohon keselamatan, serta mengharapkan kelancaran pembangunan dan pariwisata di Kabupaten Pangandaran.
Mang Koko menegaskan bahwa pertunjukan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas daerah melalui seni tradisional. Lebih dari itu, ia berharap kegiatan semacam ini mampu mengangkat daya tarik wisata sekaligus membawa nama Pangandaran ke panggung yang lebih luas.
“Intinya menjadi Pariwisata Mendunia,” tegas Mang Koko.
Dengan kolaborasi dua maestro seni dan kehadiran berbagai sanggar, Kabupaten Pangandaran berhasil menyampaikan pesan kuat bahwa seni tradisi bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan sumber inspirasi yang menyatukan masyarakat dalam harmoni bahkan di bawah rintik hujan sekalipun.***






