KABAR PANGANDARAN – Dalam upaya pencarian korban laka laut yang terjadi baru-baru ini, sekelompok relawan penyelam dari Pangandaran Dive Club (PDC) menunjukkan aksi luar biasa yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Mereka menyelam dan melakukan pencarian di tengah kondisi laut yang tidak bersahabat, tanpa peralatan selengkap Scuba Diving Profesional.
Dengan hanya mengandalkan keterampilan, tekad, dan rasa kemanusiaan, mereka mempertaruhkan nyawa di laut yang bergelombang dan berarus kuat.
“Jangankan pakai scuba, proses pencarian dari kemarin itu dilakukan dengan penyelaman manual dan hanya menggunakan board. Dengan kondisi laut seperti sekarang, itu GILA. Sekali lagi, edan pol!,” ujar Tedi, Rabu, 2 Juli 2025.
Menurutnya aksi teman-teman penyelam ini memang sulit dipercaya, tanpa perhitungan yang matang seperti operasi profesional, mereka tetap turun ke laut. Tidak ada yang tahu apa alasan atau dasar keputusan mereka. Tapi satu hal yang pasti, semua dilakukan karena dorongan kemanusiaan yang tulus, sebuah “Hidayah” yang datang dari nurani terdalam.
“Sayangnya, banyak orang awam tidak tahu bahwa apa yang dilakukan teman-teman di sini adalah tindakan gila dalam arti mulia. Ini bukan sekadar aksi pencarian, ini adalah bentuk kepedulian yang luar biasa tinggi dan tak terbayangkan,” tuturnya.
Di tengah minimnya publikasi, para penyelam ini tetap bergerak diam-diam. Mereka bukan tim elite dengan sorotan media. Tak ada tepuk tangan atau panggung apresiasi. Tapi di balik itu semua, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja dalam sunyi demi satu tujuan yaitu Kemanusiaan.
Apakah ada daerah lain yang memiliki upaya pencarian seperti ini? Dengan kondisi laut sedemikian ekstrem, sangat jarang ditemukan kelompok penyelam yang rela melakukan penyisiran secara sukarela dan penuh risiko seperti yang dilakukan di Pangandaran.
Aksi para penyelam ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kepahlawanan tidak selalu hadir dalam balutan seragam dan sorotan. Kadang, ia datang dalam bentuk kesunyian, keringat, dan keberanian yang hanya dimengerti oleh mereka yang menjalankannya.
Proses pencarian korban laka laut di perairan Pangandaran memperlihatkan betapa ekstremnya kondisi medan laut yang dihadapi oleh para penyelam. Di tengah swell atau gelombang tinggi yang tidak hanya memicu perubahan tekanan mendadak, para penyelam juga menghadapi risiko serius terhadap kesehatan fisik dan keselamatan nyawa.
Swell tinggi dapat menarik tubuh penyelam naik secara tiba-tiba atau sebaliknya, menghisap ke bawah dengan kekuatan besar. Perubahan tekanan secara drastis ini dapat menyebabkan cedera serius, mulai dari pecahnya gendang telinga, mimisan hebat, hingga potensi kerusakan pada organ dalam tubuh. Situasi ini sangat berbahaya, terlebih jika penyelaman dilakukan tanpa perlindungan dan persiapan medis yang memadai.
Tak hanya itu, kontur dasar laut yang didominasi batuan karang tajam dan tidak rata menambah risiko kecelakaan. Arus laut yang tidak menentu bisa mendorong penyelam ke dinding karang, menyebabkan luka atau bahkan terjebak di sela-sela bebatuan. Dalam kondisi seperti ini, waktu menjadi faktor krusial yang menentukan keselamatan.
“Ini bukan hanya soal skill menyelam. Ini gila! Tekanan, arus, karang tajam, visibilitas rendah semua jadi kombinasi maut. Bahkan dengan alat lengkap, itu tetap sangat berisiko,” ujar salah satu relawan penyelam yang terlibat dalam operasi pencarian.
Visibilitas yang buruk menjadi tantangan lain yang memperparah keadaan. Meskipun terkadang ombak terlihat tenang di permukaan, tidak menjamin situasi di bawah laut sama amannya. Kabut sedimen dan arus bawah laut yang tidak kasat mata sering menipu, membuat penyelam kehilangan orientasi dan sulit berkoordinasi.
Menurut sejumlah penyelam berpengalaman, medan seperti di Pangandaran merupakan salah satu yang paling berbahaya di Indonesia, khususnya saat musim peralihan atau cuaca ekstrem. Kombinasi antara faktor cuaca, arus laut, kontur dasar yang curam dan berbatu, serta visibilitas terbatas menjadikan penyelaman di wilayah ini hanya bisa dilakukan oleh tim profesional dengan persiapan penuh.
Dalam konteks pencarian korban laka laut, hal ini menunjukkan dedikasi luar biasa dari para relawan dan profesional SAR. Mereka bukan hanya menantang ganasnya laut, tetapi juga mempertaruhkan keselamatan pribadi demi satu hal: kemanusiaan.
Sementara itu Kepala Pos Basarnas Pangandaran Edwin Purnama pihaknya sangat mengapresiasi dengan keberanian para tim penyelam dari PDC karena mereka benar benar berani mengambil resiko dengan kondisi arus dan gelombang yang sangat tinggi.
“Saya mengapresiasi rekan-rekan penyelam dari Pangandaran Dive Club (PDC),Budah Laut dan Duck Dive yang sangat super berani,kami salut untuk saudara-saudaraku,” tambahnya.***