PANGANDARAN-Sumber Daya Alam di Kabupaten Pangandaran sangatlah banyak tinggal bagaimana memanfaatkan hal tersebut, seperti yang dilakukan oleh warga Pangandaran menciptakan Keong Susuh atau Susuh menjadi kuliner.
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kreativitas menjadi salah satu faktor untuk bertahan, karena sangat banyak bahan bahan alami yang memang harus diciptakan oleh tangan tangan kreatif.
Kerupuk susuh tersebut berhasil diciptakan Saepul Arif yang akrab disapa Cak Epul, dirinya bersama isteri Iis Rosmiati tinggal di Dusun Babakan, Desa Parigi Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Selasa, 28 September 2021.
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, perekonomian tidak menentu, sehingga perlu inovasi agar perekonomian tetap stabil.
“Saya mencoba menciptakan bahan baku yang layak untuk dijadikan makanan khas,” katanya.
Bahan baku ini sangat banyak dan kalau diolah dengan baik maka dapat menciptakan tenaga kerja.
“Mereka dari pada menganggur bisa mencari keong susuh di sungai dan bisa dijual ke saya,” tuturnya.
Selain dirinya memproduksi kerupuk berbahan baku susuh juga memproduksi kerupuk berbahan cumi, udang dan ikan laut.
“Untuk kerupuk susuh kami jadikan andalan karena susuh merupakan salah satu biota laut yang banyak di Kecamatan Parigi dan Kecamatan Cijulang,” ungkapnya.
Kemudian Cak Epul juga semula tidak mempunyai pikiran kalau Susuh ini dapat menyatu dengan tepung kerupuk.
“Setelah ditekuni akhirnya ada solusi dan berhasil,” ujarnya.
Untuk proses pengolahan dalam satu hari dirinya berhasil memproduksi kerupuk dengan bahan baku adonan sebanyak 5 kilogram.
Hasil bahan baku adonan yang lima kilogram itu bisa menghasilkan satu packing dengan jumlah setiap satu packing sepuluh bungkus.
“Tiap bungkusnya dijual dengan harga Rp5 ribu untuk takaran 100 gram dan Rp2ribu untuk takaran 40 gram,” kata Cak Epul.
Dirinya menambahkan kerupuk susuh hasil produksinya mampu bertahan hingga satu bulan tanpa bahan pengawet. Proses pembuatan kerupuk susuh ini dilakukan secara manual dan tradisional karena keterbatasan peralatan mesin produksi.
“Semuanya secara manual tanpa menggunakan alat mesin,” tambahnya.***






