Kabar baik datang dari Rumah Sakit Mata (RSM) Cicendo Bandung terkait kondisi kesehatan mata Sarah Tsunami (19), gadis asal Pangandaran yang selamat dari bencana tsunami Pangandaran 2006 lalu. Saat ini, kondisi mata Sarah dinilai relatif bagus, terutama hasil operasi pada masa balita yang dahulu juga dilakukan di RSM Cicendo.
Selama pemeriksaan di RSM Cicendo Bandung Sarah didampingi ayah angkatnya, H. Eka Santosa. Ia menyampaikan rasa syukur karena kondisi mata anak asuhnya dapat tertangani dengan baik.
“Alhamdulillah keadaan mata Sarah dapat tertanggulangi. Kami juga sangat apresiasi, pihak Cicendo memberikan perhatian khusus dengan pemeriksaan detail dan komunikasi langsung dengan dokter,” kata Eka.
Eka menjelaskan bahwa hasil operasi saat kecil sudah dinyatakan baik. Namun, saat ini masih didiskusikan apakah akan dilakukan tanam lensa atau tetap menggunakan kacamata.
Rencana Dirikan Yayasan Sarah Tsunami
Tak berhenti pada perawatan medis, Eka juga berencana mendirikan Yayasan Sarah Tsunami. Lembaga ini nantinya akan bergerak dalam bidang kepedulian terhadap penyandang penyakit mata, difabel, serta edukasi kesehatan mata.
“Dalam waktu dekat kami akan mendirikan Yayasan Sarah Tsunami. Fokusnya pada kepedulian penyandang penyakit mata, terutama kaum difabel. Selain itu, ada nilai sejarah dari ibu kandung Sarah yang juga mengalami kebutaan mata,” ungkapnya.
Eka menilai langkah ini cukup beralasan, mengingat faktor genetik serta kondisi sosial ekonomi yang turut mempengaruhi kesehatan masyarakat.
“Secara genetika ibunya Sarah juga penyandang kebutaan, ditambah faktor kemiskinan. Maka edukasi ini penting agar masyarakat lebih peduli,” katanya.
Selain kesehatan mata, yayasan ini juga akan bergerak di bidang sosial, lingkungan, dan konservasi, termasuk kepedulian terhadap habitat penyu.
Semangat Akademis Sarah
Di tengah keterbatasan yang dialaminya, Sarah dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat belajar tinggi. Hal ini ditegaskan Eka setelah berkomunikasi dengan guru-guru Sarah.
“Nilai akademis Sarah sangat baik, rata-rata 85. Ia juga aktif di kegiatan pramuka. Bahkan sudah ada sinyal positif, Sarah akan diterima kuliah di Unpad, dengan pilihan jurusan Administrasi Bisnis atau Pariwisata dan Kelautan,” jelasnya.
Perjalanan Hidup Sarah
Sarah yang dikenal dengan panggilan “Sarah Tsunami” memiliki kisah hidup yang penuh haru. Ia terlahir 30 jam sebelum bencana tsunami Pangandaran 2006. Sejak lahir, Sarah mengalami perjalanan panjang, termasuk sempat terputus komunikasi dengan ayah angkatnya sejak usia lima tahun hingga akhirnya bertemu kembali di usia 19 tahun.
“Semua sudah garis takdir Illahi. Saya bertemu Sarah saat usianya dua hari, di tengah situasi tsunami. Itu adalah keajaiban Illahi. Kini kami dipertemukan kembali. Subhanallah,” tutur Eka dengan haru.
Eka menambahkan, laut adalah bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup Sarah. “Sarah tidak bisa dilepaskan dari laut. Dia harus memahami dunia kelautan, baik untuk wisata, sosial, maupun kesejahteraan masyarakat Pangandaran,” pungkasnya.***