Berita  

RSUD Pandega Pangandaran,Tiga Kategori Gawat Darurat Kesehatan

Tangkapan Layar Instagram RSUD Pandega Pangandaran.

KABAR PANGANDARAN – Dalam pelayanan kesehatan, kecepatan dan ketepatan penanganan pasien sangat menentukan keselamatan jiwa. Tidak semua pasien yang datang ke fasilitas kesehatan memiliki kondisi yang sama, sehingga tenaga medis harus bisa memilah berdasarkan tingkat kegawatannya. Untuk itulah dikenal istilah tiga kategori gawat darurat kesehatan, yakni gawat darurat, gawat tetapi tidak darurat, dan tidak gawat maupun darurat.

Kategori pertama adalah Gawat Darurat.
Ini merupakan kondisi medis yang paling kritis. Pasien berada dalam keadaan cedera berat dan mengancam jiwa, namun masih memiliki kemungkinan besar untuk hidup bila segera mendapatkan pertolongan. Dalam situasi ini, waktu penanganan tidak boleh lebih dari dua menit. Artinya, setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Beberapa contoh kasus gawat darurat antara lain pasien kehilangan kesadaran, pasien yang mengalami serangan jantung, hingga pasien dengan henti napas. Pada kondisi ini, tenaga medis harus segera melakukan tindakan penyelamatan, seperti resusitasi jantung paru (RJP), pemasangan alat bantu pernapasan, atau tindakan darurat lain sesuai kebutuhan. Jika terlambat, risiko kematian sangat tinggi.

Kategori kedua adalah Gawat tetapi Tidak Darurat.
Kondisi ini tetap memerlukan penanganan medis, tetapi tidak menimbulkan ancaman jiwa secara langsung. Dengan kata lain, pasien memang butuh segera ditolong, namun tidak dalam hitungan menit. Penanganan bisa dilakukan secara terukur sesuai alur medis. Contoh kondisi yang masuk kategori ini adalah pasien dehidrasi sedang, pasien dengan luka yang memerlukan jahitan, atau pasien dengan keluhan sakit yang cukup berat namun masih stabil. Penanganan medis tetap penting, tetapi tidak secepat kondisi gawat darurat yang mengancam hidup.

Kategori ketiga adalah Tidak Gawat maupun Darurat.
Kategori ini ditujukan bagi pasien dengan cedera atau keluhan ringan yang tidak mengancam jiwa dan tidak memerlukan pertolongan segera. Pasien biasanya masih bisa berjalan, menolong diri sendiri, atau mencari pertolongan medis dengan tenang. Beberapa contoh kasus yang termasuk kategori ini adalah batuk, pilek, sakit kepala ringan, atau keluhan lain yang dapat ditangani secara bertahap. Meski demikian, pasien tetap berhak mendapatkan layanan, hanya saja prioritas penanganannya berbeda dengan kategori gawat darurat.

Dengan adanya pembagian kategori ini, tenaga medis dapat memberikan pelayanan berdasarkan tingkat kebutuhan yang paling mendesak. Prinsip ini dikenal dengan istilah triase medis, yaitu sistem memilah pasien berdasarkan kegawatannya agar tenaga kesehatan dapat bekerja lebih efektif dan tepat sasaran.

Bagi masyarakat, pemahaman mengenai tiga kategori gawat darurat ini juga sangat penting. Dengan mengetahui perbedaan antara kondisi gawat darurat, gawat tetapi tidak darurat, dan tidak gawat maupun darurat, masyarakat dapat lebih bijak dalam menentukan langkah saat mengalami masalah kesehatan. Misalnya, bila ada anggota keluarga yang kehilangan kesadaran atau mengalami henti napas, segera bawa ke instalasi gawat darurat atau hubungi layanan darurat. Namun, bila hanya mengalami batuk atau pilek, cukup konsultasi ke dokter umum atau puskesmas.

Kesadaran bersama ini akan membantu sistem kesehatan bekerja lebih optimal. Penanganan pasien kritis dapat dilakukan lebih cepat tanpa terhambat oleh kasus-kasus ringan yang sebenarnya tidak membutuhkan penanganan darurat. Pada akhirnya, pemahaman sederhana ini bisa menjadi salah satu cara menyelamatkan nyawa manusia.