Berita  

Simulasi dan Uji SOP Kampung Siaga Bencana di Desa Kondangjajar Tingkatkan Kesiapsiagaan Warga Hadapi Bencana

Bupati Pangandaran Citra Pitriyami saat memasangkan sal kepada peserta Kampung Siaga Bencana Desa Kondangjajar Cijulang, Rabu,5 November 2025.(M Jerry/KP).

KABAR PANGANDARAN – Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana alam, Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran melalui Dinas Sosial PMD bersama Taruna Siaga Bencana (Tagana) menggelar kegiatan Simulasi dan Uji Standar Operasional Prosedur (SOP) Kampung Siaga Bencana (KSB) di Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Rabu, 5 November 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pembentukan Kampung Siaga Bencana di wilayah tersebut, yang bertujuan menciptakan masyarakat yang tanggap, sigap, dan mampu melakukan penanganan awal ketika terjadi bencana. Program KSB ini menjadi langkah strategis dalam pemberdayaan masyarakat secara langsung, khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana.

Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa penguatan kapasitas masyarakat merupakan kunci utama dalam mitigasi bencana. Melalui edukasi, pelatihan, dan simulasi yang dilakukan, warga diharapkan lebih siap dan tidak panik jika terjadi keadaan darurat.

“Program ini memberikan edukasi dan simulasi penanganan bencana agar masyarakat lebih tanggap dan siap menghadapi keadaan darurat. Bersama, kita wujudkan masyarakat Pangandaran yang tangguh dan siaga bencana,” ujar Bupati Citra.

Kegiatan simulasi melibatkan berbagai unsur antara lain perangkat desa, kader siaga, relawan Tagana, hingga kelompok masyarakat setempat. Dalam simulasi tersebut dilakukan latihan penanganan cepat, evakuasi korban, pemetaan jalur evakuasi, pendirian posko, hingga penanganan logistik darurat.

Perwakilan Kementerian Sosial RI yang turut hadir menyampaikan bahwa Kampung Siaga Bencana bukan hanya sebuah program, tetapi gerakan bersama yang berbasis pada masyarakat itu sendiri. Masyarakat didorong menjadi subjek utama dalam penanggulangan bencana, bukan sekadar menjadi penerima bantuan.

“Kampung Siaga Bencana ini berbasis masyarakat. Ketika terjadi musibah, warga sudah tahu apa yang harus dilakukan, termasuk bagaimana melakukan pertolongan awal sebelum bantuan dari luar datang. Perawatan peralatan, terutama logistik dan makanan, juga perlu diperhatikan dengan baik, khususnya terkait penyimpanan di gudang agar tetap layak dan aman digunakan,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa pelaporan kebutuhan logistik ke Kementerian Sosial harus dilakukan secara berkala. Hal ini penting agar ketersediaan bantuan bisa terpantau, sehingga ketika terjadi bencana, bantuan dapat segera tersalurkan tanpa hambatan.

Melalui pembentukan KSB ini, diharapkan Desa Kondangjajar dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Pangandaran dalam membangun ketangguhan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Kolaborasi antara pemerintah, relawan, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang aman, sigap, dan peduli terhadap penanggulangan bencana.

Kepala Dinas Sosial PMD Kabupaten Pangandaran Trisno mengatakan dalam upaya memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana, kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat terus didorong melalui program pembinaan Kelompok Siaga Bencana (KSB).

Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan masyarakat memiliki pemahaman, keterampilan, serta kesiapan dalam melakukan tindakan mitigasi maupun penanggulangan apabila terjadi bencana di wilayahnya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai risiko bencana yang ada di daerahnya, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan pengurangan risiko dan penanggulangan bencana.

Selain masyarakat umum, peningkatan kapasitas juga difokuskan kepada pengurus KSB dalam bidang manajemen penanggulangan bencana di daerahnya.

Selanjutnya mendorong pengurus KSB dan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesiapsiagaan yang kreatif, inovatif, dan berbasis kearifan lokal. Nilai-nilai lokal seperti gotong royong, musyawarah, dan pemetaan berbasis pengalaman warga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi ancaman bencana.

“Pendekatan ini memastikan solusi yang dihasilkan tidak hanya efektif, namun juga sesuai dengan karakter dan budaya masyarakat setempat,” tambahnya.