BUNGBULANG, (KAPOL).-Sejumlah masyarakat pemerhati sejarah dan budaya melaporkan adanya sebuah lokasi di Kampung Cibiru, Desa Margalaksana, Kec. Bungbulang selatan Garut, berupa bukit memanjang yang mirip dengan peradaban megalitikum.
Batuan yang ada di kampung tersebut terdiri dari deretan balok-balok batu berbentuk unik dan aneh, mirip balok-balok batu yang terdapat di situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur.
Keberadaan batu-batu di Desa Margalaksana itu bukan hanya memiliki kemiripan dengan yang berada di Gunung Padang, melainkan diduga lebih banyak lagi Atau radius keberadaan batu-batuannya lebih luas. Tak heran, jika arealnya dinilai sebagai kawasan situs megalitikum seperti halnya situs Gunung Padang.
Jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) dan Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman merespon laporan tersebut dengan meninjau ke lokasi. Bahkan, dalam waktu dekat Pemkab Garut pun akan segera mengundang Tim Ahli untuk dapat mengungkap keberadaan bukit balok batu misterius tersebut.
Informasi yang dihimpun “KAPOL”, tumpukan bebatuan yang ada di Desa Margalaksana berbentuk balok-balok batu memanjang berbagai ukuran dengan tampak muka persegi lima, atau persegi enam dengan diameter bervariasi mulai sekitar 15 centimeter lebih. Panjang balok batu juga bervariasi.
“Panjangnya ada yang mencapai tiga meter. Menurut warga bahkan ada juga yang mencapai lima meter. Sayangnya, banyak balok batu yang patah-patah, dan dimanfaatkan warga untuk dijadikan dinding rumah, atau batu tatapakan untuk jalan,” kata Kepala Disparbud Garut, Budi Gan Gan didampingi Kepala Bidang Kebudayaan, Cecep Saeful Rahmat, Jumat (14/7/2017) lalu.
Menurut Cecep, balok-balok batu di Margalaksana tersusun rapih menjorok ke dalam membentuk dinding berketinggian sekitar 50 meter dengan panjang bentangan diperkirakan satu kilometer lebih, mulai Desa Margalaksana hingga perbatasan Desa Mekarmukti.
Dinding balok-balok batu tersebut berada persis sepanjang sebuah aliran sungai kecil yang terdapat di sana. Sehingga keberadaannya lebih merupakan bantaran sungai bersangkutan.
Pada musim hujan, dinding batu-batu balok tersebut tak terlalu kelihatan karena tertutupi berbagai macam tanaman merambat yang tumbuh di sana.
Hingga sekarang, belum diketahui jenis batu berbentuk balok-balok panjang tersebut. Namun penduduk setempat menyebutkan batuan tersebut lebih keras dan lebih kuat dibandingkan umumnya bebatuan yang dimanfaatkan penduduk untuk berbagai keperluan di sana.
“Penduduk juga tidak tahu jenis batuannya apa. Hanya menurut mereka, bukan bahan batu biasa yang ada di sana. Batunya lebih kuat, dan seperti dibawa dari luar. Makanya, penduduk memanfaatkan batu-batu balok ini untuk bangunan rumah atau tatapakan karena kekuatannya itu, Benar atau tidaknya, tentang situs batu itu tentu mesti dilakukan penelitian lebih lanjut lagi,” katanya. (Dindin Herdiana)***