Berita  

Perdana Jambore Pemuda Adat Digelar di Pangandaran, Angkat Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Tradisi

Penyambutan Bupati Pangandaran Citra Pitriyami didampingi Pamong Budaya Ahli Utama Kementerian Kebudayaan saat menghadiri Pembukaan Jambore Pemuda Adat di Kampung Budaya Giri Samboja Desa Cikalong, Jumat, 5 September 2025,(M Jerry/KP).

KABAR PANGANDARAN – Kabupaten Pangandaran menjadi tuan rumah perdana penyelenggaraan Jambore Pemuda Adat yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, serta Direktorat Bina Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. Kegiatan ini dilaksanakan di Kampung Budaya Giri Samboja, Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, selama empat hari, mulai 4 hingga 7 September 2025.

Mengusung tema “Pemuda Adat Tonggak Kebersinambungan Tradisi dalam Mengukir Masa Depan Pemajuan Kebudayaan”, jambore ini menghadirkan sekitar 60 pemuda adat dari berbagai komunitas adat Parahyangan. Mereka berasal dari Kampung Adat Dukuh, Pulo, Naga, Kuta, Cikondang, Cikalong, serta Komunitas Adat Mahmud, Panjalu, Cibali, dan Cireundeu.

Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada daerahnya sebagai tuan rumah perdana jambore. Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya sekadar agenda seremonial, melainkan momentum penting dalam memperkuat identitas budaya.

“Kami bangga menjadi tuan rumah. Pemerintah daerah sangat terbuka untuk komunikasi bagaimana bersama-sama melestarikan budaya. Harapan kami, acara ini bisa menjadi ajang silaturahmi sekaligus tukar pikiran agar tradisi dan adat tetap terjaga,” ungkap Citra, Jumat (5/9/2025).

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Utama Kementerian Kebudayaan, Dra. Christriyati Ariani, M.Hum., menekankan pentingnya peran generasi muda adat dalam menjaga warisan leluhur. Menurutnya, jambore ini dirancang sebagai ruang belajar kolektif yang menguatkan kapasitas pemuda adat.

“Jambore ini bukan hanya ajang pertemuan, melainkan ruang belajar bersama untuk melahirkan generasi adat yang berdaya, mandiri, dan mampu menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan akar budaya,” ujarnya.

Selama empat hari, para peserta mengikuti rangkaian kegiatan yang dikemas dalam berbagai bentuk edukatif, inspiratif, dan partisipatif. Diskusi dan lokakarya tematik menjadi salah satu agenda utama, membahas isu-isu penting seperti hak-hak masyarakat adat, pemajuan kebudayaan, serta strategi menjaga keberlanjutan tradisi di tengah arus modernisasi.

Selain itu, para pemuda adat juga mendapatkan pelatihan keterampilan meliputi kepemimpinan, manajerial lembaga adat, advokasi, hingga penyusunan rencana aksi penguatan wilayah adat. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas mereka sebagai generasi penerus yang mampu mengelola potensi adat secara berkelanjutan.

Tak kalah menarik, pentas seni dan budaya turut mewarnai jalannya jambore. Penampilan ritual adat Komunitas Cikalong, seni tari tradisional, musik daerah, wayang kulit, dan wayang golek menjadi daya tarik tersendiri sekaligus bukti kekayaan budaya lokal yang masih lestari hingga kini.

Kegiatan juga dilengkapi dengan field trip tradisi, yang membawa peserta terjun langsung ke masyarakat adat untuk belajar mengenai pengelolaan ruang hidup, praktik kearifan lokal, hingga filosofi kehidupan yang diwariskan secara turun-temurun.

Penyelenggaraan perdana Jambore Pemuda Adat di Pangandaran ini menjadi tonggak penting dalam upaya pemerintah dan komunitas adat untuk memperkuat peran generasi muda sebagai penjaga warisan budaya bangsa.

Lebih jauh, kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk menggelar kegiatan serupa sehingga kebudayaan dan tradisi yang menjadi identitas bangsa tetap hidup dan berkembang di tengah derasnya arus globalisasi.***