bjb
Berita  

Selaawi Dirancang Jadi Kawasan Wisata Kerajinan Bambu




SEJAK
lama, Kecamatan Selaawi memang terkenal sebagai daerah penghasil berbagai jenis kerajinan dari bahan bambu. Tak heran kalau saat ini Selaawi digadang-gadang untuk dijadikan kawasan wisata keajinan bambu.

Camat Selaawi, Ridwan Effendi, menyebutkan selain potensi kerajinan bambu yang sangat besar, wilayahnya juga memiliki kelebihan yaitu suasana pedesaan yang masih sangat kental. Ini bisa menjadi potensi yang sangat besar untuk pengembangan objek wisata berbasis pedesaan.

“Selama ini Selaawi dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Ada banyak sekali jenis kerajinan yang sangat unik dan menarik yang dihasilkan dari bambu,” ujar Ridwan, Minggu (12/3/2017).

Saat ini jumlah penduduk Kecamatan Selaawi tercatat sebanyak 39 ribu. Dari jumlah tersebut, 1.900 di antaranya merupakan perajin bambu.
Sedangkan jenis kerajinan bambu yang dihasilkan sangat berpariasi, mulai dari sangkar burung, aksesoris, sampai perkakas rumah tangga. Ini berpotensi besar untuk bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata baru yang menawarkan hal berbeda bagi para wisatawan.

Dikatakan Ridwan, pada tahun ini pihaknya memang tengah mengembangkan sebuah konsep wisata yakni bambu craft tourism. Dari tujuh desa yang ada, semua warga mengandalkan pendapatan dari kerajinan bambu. Ini sudah terjadi sejak lama di mana warga di daerah ini menjadikan kerajinan bambu sebagai mata pencaharian yang utama.

“Bambu craft tourism ini yang sedang kita coba kembangkan saat ini. Sebagai pendukung, saya harapkan di setiap desa ada lahan untuk wisata. Para wisatawan nantinya bisa menginap sambil melihat aktivitas para perajin bambu di Selaawi,” katanya.

Namun demikian Ridwan mengaku, untuk terwujudnya harapan tersebut, tentunya perlu dukungan dari berbagai kalangan. Mulai dari pemerintah, warga, dan pihak lain yang bisa ikut membantu. Saat ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan salah satu universitas swasta di Bandung untuk mewujudkan rencana kawasan wisata itu.

Untuk mewujudkan pengembangannya juga memerlukan biaya cukup besar yaitu sekitar Rp 100 miliar. Namun dana itu tidak terlalu mengikat selama ada kemauan dan tekad yang kuat dari semua pihak.

Dengan adanya kawasan wisata bambu tersebut, diharapkan pendapatan masyarakat bisa semakin meningkat. Penjualan hasil kerajinan bisa langsung dijual kepada wisatawan yang datang. Nilai ekonomi kerajinan pun bisa meningkat karena dibeli langsung di lokasi.

Selama ini, penjualan kerajinannya banyak dilakukan ke luar kota, seperti Bandung, Bogor, dan Jakarta. Itu juga melalui pengepul, sehingga pendapatan para pengarajinnya kurang begitu baik.

Lain halnya jika dijual langsung ke konsumen, tentunya harganya akan lebih baik karena tanpa melalui pihak ketiga.

Ridwan mengaku saat ini tengah menjalin kerja sama dengan ITB untuk bisa mengembangkan desain produk kerajinan warga. Apalagi Pemprov Jawa Barat, sudah mendorong agar Selaawi menjadi sentra bambu di Jawa Barat.

Dalam dua tahun, Ridwan menargetkan jika pihaknya sudah bisa menjual kawasan wisata tersebut.

“Nanti konsepnya di setiap desa itu ada penginapan. Wisatawan tinggal memilih ingin melihat kerajinan apa. Nanti juga diajak untuk melihat hutan bambu yang ada di Selaawi,” ucap Ridwan.

Sementara itu Ketua Gabungan Kelompok Perajin Selaawi, Utang Mamad, berharap sejumlah instansi Pemkab Garut bisa mendukung upaya pengembangan wisata di Selaawi.

Dari hasil pendataan pihaknya, sudah ada sekitar 40 pengusaha kerajinan bambu di selaawi. Mulai tahun ini pihaknya pun tengah mempersiapkan penanaman bambu yang bisa dijadikan bahan baku kerajinan sekaligus menjadi lokasi wisata.

“Per bulannya saja dari kerajinan bambu jika ditotalkan pemasukannya sampai Rp 1,5 miliar. Kebanyakan warga menjadi perajin sangkar burung. Hanya saja yang jadi kendala belum ada workshop di Selaawi. Jika sudah ada, kerajinan dari bambu bisa dijual di sana,” ucap Utang.(Aep Hendy)***