bjb
Berita  

Task Force Jawa Barat Gelar Literasi Media Penangkal Hoaks

Saung Julangapak di komplek SMK Bakti Karya Parigi ramai pagi pagi itu, Sabtu (3/7). Sejumlah siswa berkumpul setelah mengisi daftar registrasi. Tepat pukul 09.30 WIB acara “Pelatihan Literasi Media : Melawan Ujaran Kebencian dan Berita Bohong” dimulai.

Siswa dari 15 komunitas siap mengikuti pelatihan selama dua hari hingga Minggu sore. Koordinator Task Force Jawa Barat, Ni Loh Gusti Madewanti, memulai pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Sekolah, Irpan Ilmi sebagai tuan rumah.

Dalam pembukaan, Madewanti menjelaskan tentang maksud penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia menyinggung soal angka intoleransi di Jawa Barat yang menempati urutan atas dalam 5 survei berturut-turut. Ia ingin, Task Force Jawa Barat sebagai forum lintas sektor yang terbentuk tahun 2018 di Bandung ini melakukan tindakan nyata berupa pelatihan literasi media.

“Kami melibatkan komunitas pemuda, siswa dan mahasiswa juga aktivis organisasi agar semangat literasi bisa menjadi semangat kolektif warga Jawa Barat” kata Madewanti.
Bersama dengan Task Force Jawa Barat, hadir pula beberapa pembicara pada acara tersebut dari akademisi, organisasi pemerintah, jurnalis, dan komunitas. Mereka secara bergantian menyampaikan materi dengan format yang berbeda. Mulai dari pemaparan mendalam soal komunikasi, elaborasi konten media, coaching clinic dan simulasi.

Muhammad Alfian dari tim Jabar Saber Hoaks mengajak peserta untuk terlibat aktif dalam pembuatan konten untuk melawan hoaks. Ia juga mengajak peserta untuk memberikan pencerahan pada warga masyarakat agar lebih dahulu cek fakta sebelum menyebar berita yang diterima.

“Kita perlu memperbanyak konten sehat dan lebih sering mengecek fakta agar kita bisa mengajak masyarakat untuk menghindari hoaks” tutur Alfian.

Dalam kesempatan lain Dr Mediana Handayani, dosen pascasarjana Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) mengajak peserta untuk praktek mengenali karakteristik berita hoaks. Ia menjelaskan, semakin kita permisif dengan hoaks, berarti kita merelakan ruang publik dicemari oleh kesia-siaan.

“Jika konten hoaks tidak kita kenali, bisa jadi kita sendiri termakan hoaks. Padahal, hoaks adalah kesia-siaan. Bahkan di beberapa hal, bisa meracuni cara berpikir masyarakat” kata Mediana.

“Saat ini kita harus terus melakukan upaya literasi terutama berhadapan dengan media sosial” katanya menambahkan.

Peserta dari Solidaritas Mahasiswa Pangandaran (Sampan), Amin Natsir (20), mengaku pentingnya pelatihan literasi media ini.

“Pelatihan ini sangat berarti, kami diajak mengenali lebih dalam soal penggunaan media, cara membuat konten media dan cara bersikap pada konten media yang mengandung unsur kebencian dan hoaks” kata Amin.