bjb
Berita  

Antisipasi Terorisme di Daerah Terbuka, Pemda Pangandaran Lakukan Rapat Koordinasi

PARIGI, (KAPOL).- Dengan maraknya peristiwa pengeboman di beberapa wilayah, Pemerintah Kabupaten Pangandaran melakukan rapat koordinasi dengan mengundang pihak TNI dan Polri serta MUI, organisasi keagamaan dan tokoh masyarakat juga seluruh Camat dan Kepala Desa di aula Sekretariat Daerah Kab Pangandaran di Parigi.

“Apalagi Pangandaran merupakan daerah terbuka, yang sejak dulu tidak pernah ada wajib lapor sepwrti di daerah-daerah lainnya,” ucap Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, dalam rapat, Jumat, 18 Mei 2018.

Berkaitan dengan dinamika dan keamanan saat ini dimana telah ada dua perirtiwa pengeboman yang terjadi secara berturut-turut baik di Surabaya, Mako Brimob Depok dan di Riau, maka kata Jeje, perlu adanya satu kewaspadaan di Pangandaran.

“Karena dalam satu pekan ini sudah ada 24 ribu orang yang datang ke Pangandaran tanpa ada yang memantau,” ujarnya.

Menurut Jeje, kewaspadaan menjadi bagian hal penting, maka pemerintah daerah mengundang Kapores dan Dandim Ciamis untuk menjelaskan langkah pengamanan apa yang akan dilakukan agar Pangandaran bisa aman.

“Saya anjurkan kepada Kepala Desa agar mendata penghuni ditempat kos-kosan atau kontakan. Dan memberlakukan wajib lapor 1×24 jam bagi tamu yang datang,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu Kapolres Ciamis, AKBP Bismo Teguh Prakoso menceritakan tentang kejadian pengeboman di Mako Brimob tempo lalu, gereja di Surabaya dan baru-baru ini di Mapolda Riau.

“Kita berprinsip bahwa Pangandaran ini merupakan tempat kita bekerja, tempat kita sekolah, dan tempat kita beribadah, maka keamanan itu sangat penting,” ujarnya.

Atas peristiwa tersebut, Ia menyarankan untuk intropeksi diri mulai dari sisi RT RW, Babinmas, Babinkamtibmas, Linmasnya, apakah sudah berfungsi atau belum.

“Nah mulai dari itu kita tingkatkan fungsi untuk meningkatkan kamtibmas di Pangandaran,” ujarnya.

Menurutnya, dengan cara melihat orang yang tidak bersosialisasi dengan masyarakat, program siskamling yang lebih ditingkatkan,bersih-bersih masjid dengan tujuan mendekatkan diri bersilaturahmi.

“Agar kita dekat dengan lingkungan di masyarakat,” ucapnya, seraya dirinya menyarankan agar perhotelan atau restoran agar memasang CCTV untuk memudahkan setiap kegiatan di tempat fasilitas umum.

“Pengamanan internal di hotel dan gereja juga perlu agar dilatih dan diberdayakan,” ujarnya.

Namun kata dia, tidak ada yang mengalahkan kesatuan dan persatuan pihaknya percaya apabila ada kerjasama antara TNI dan Polri, pemerintah dan masyarakat, agama serta ormas dengan bentuk teloransi.

“Saya yakin terorusme akan pikir dua kali untuk melakukan teror,” ujarnya.

Sementara Dandim 0613 Ciamis Letkol Arm Reza Nurfatria mengatakan, pelaku bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, Mako Brimob Depok dan Mapolda Riau merupakan Jaringan Ansarut Daulah (JAD).

“Seperti apa yang disampaikan oleh bapak Kapolri, pelaku bom bunuh diri di Surabaya, Mako Brimob Depok dan Mapolda Riau merupakan JAD atau ISIS,” ungkapnya.

Berbeda dengan latar belakang pemboman di Bali dengan pemboman yang dilakukan oleh JAD. Kalau JAD kata Reza, yang tidak sealiran dengan dia adalah kafir dan halal darahnya untuk di bunuh.

“Sedangkan pelaku bom di Bali motifnya merupakan bentuk kekecewaan terhadap pemerintah Amerika terhadap islam,” ujarnya.

Daerah Jawa Barat, menurut Reza, merupakan salahsatu daerah rawan radikalisme, maka dengan wajib lapor itu sangat efektif, sehingga apabila ada orang yang datang tidak dikenal bisa langsung diketahui.

Berkaitan dengan persiapan hari raya idul fitri, yang datang ke Pangandaran sangat fantastis, jadi menurut dia, komunikasi dan koordinasi agar lebih ditingkatkan. (Agus Kusnadi)***