Lebih Berkembang Berarti Berbahaya: Pangandaran dalam Estafet Kepemimpinan
Oleh: Yayan Sugiyantoro
“A city is not an accident but the result of coherent visions and aims-Lean Krier”
Potensi Pangandaran.
Sejak memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2012, Pangandaran telah menunjukkan perkembangan signifikan, terutama dalam bidang pariwisata dan infrastruktur. Komitmen kuat dari Pemerintah Kabupaten Pangandaran menghasilkan peningkatan fasilitas umum dan akses transportasi guna mendukung perekonomian lokal dan menarik investasi.
Pangandaran, yang dikenal dengan pantainya yang mempesona seperti Pantai Pangandaran dan Pantai Batu Karas, kini telah bertransformasi menjadi destinasi utama bagi wisatawan domestik dan internasional. Tak hanya itu, potensi di sektor pertanian, perikanan, dan industri kreatif juga terus dikembangkan. Keberadaan Cagar Alarm Pangandaran dan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki, semakin memperkuat posisi daerah ini sebagai tujuan ekowisata yang sangat menjanjikan.
Kemajuan ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari visi strategis yang dipimpin oleh para pemimpin dan didukung oleh masyarakat lokal, Pembangunan yang terfokus pada pariwisata ini diharapkan teknis mendorong pertumbuhan ekonomi di Pangandaran.
Pangandaran sebagai Tujuan Wisata Berkelas Dunia
Pangandaran menghadapi berbagai tantangan yang menghambat realisasi visinya menjadi tujuan wisata berkelas dunia. Salah satu tantangan terbesar adalah manajemen pariwisatanya. Infrastruktur jalan untuk mendukung aksesibilitas memang bagus dan mantap, akan tetapi pariwisata bukan hanya sekedar kemantapan jalan untuk mencapai atraksi, tapi bagaimana atraksi tersebut mudah diakses, terutama bagi wisatawan yang datang dari luar daerah.
Visi Pangandaran untuk menjadi tujuan wisata berkelas dunia masih dalam proses pencapaian, Meskipun ada beberapa kemajuan, banyak aspek yang perlu ditingkatkan Infrastruktur yang mendukung pariwisata, seperti akomodasi, transportasi, dan fasilitas umum, masih perlu banyak perbaikan.
Aksesibilitas juga menjadi masalah utama; meskipun Bandara Nusawiru ada, pelayanannya masih belum optimal sehingga menyulitkan wisatawan untuk mencapai Pangandaran dengan mudah. Bandara Nusawiru, yang seharusnya menjadi gerbang utama bagi wisatawan, masih belun optimal pelayanannya sehingga menyulitkan akses bagi turis domestik dan internasional.
Hal ini dikarenakan Nusawiru belum melayani pesawat dengan kapasitas tempat duduk minimal 72 kursi seperti Wings Air, padahal kapasitas runway bandara sangat memungkinkan untuk melayani pesawat berbadan sedang sekalipun, dengan kapasitas: 150-180 tempat duduk.
Dari Bandung Ibu Kota Jawa Barat, akan lebih cepat dan tidak melelahkan untuk pergi ke Bali dibanding berwisata ke Pangandaran, Bali hanya sekitar 1,5 jam lewat perjalanan udara, sedangkan Pangandaran membutuhkan waktu tempuh 5-6 jam lewat perjalanan darat, padahal secara jarak tentu jauh lebih dekat dari Bandung ke Pangandaran yang masih berada di satu Provinsi yang sama.
Untuk mewujudkan visi ini, Pangandaran membutuhkan pemimpin yang mampu mengintegrasikan berbagai upaya pembangunan dengan menjaga kelestarian lingkungan. Dibutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa kemajuan tidak mengorbankan keindahan dan keunikan alam yang menjadi daya tarik utama Pangandaran
Pilkada 2024: Menentukan Pemimpin Pangandaran Selanjutnya
Tahun 2024 akan menjadi momen krusial bagi Pangandaran, karena pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan menentukan arah kepemimpinan yang baru. Pemimpin yang terpilih diharapkan mampu menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Figur yang visioner, transparan, dan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk membawa Pangandaran menuju masa depan yang lebih baik.
Pemimpin yang visioner akan mampu melihat jauh ke depan, merencanakan pembangunan yang terarah dan berkelanjutan. Transparansi dalam pemerintahan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil benar-benar untuk kepentingan bersama.
Harapan untuk Pemimpin Selanjutnya
Pemimpin Pangandaran selanjutnya diharapkan dapat merumuskan dan mengeksekusi kebijakan yang pro-rakyat dan pro-lingkungan. Fokus pada peningkatan infrastruktur, pengelolaan sampah yang lebih baik, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal adalah beberapa prioritas utama yang harus diperhatikan.
Selain itu, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan, agar keindahan alam Pangandaran tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Komitmen pada pembangunan berkelanjutan akan memastikan bahwa perkembangan ekonomi tidak mengorbankan kelestarian lingkungan.
Visi yang jelas dan strategi yang terukur harus menjadi landasan dalam setiap langkah pembangunan. Pemimpin yang mampu menggandeng semua pihak, mulai dari masyarakat, pengusaha, hingga pemerintah pusat, akan membawa Pangandaran ke arah yang lebih baik. Pemberdayaan masyarakat
lokal melalui pelatihan dan pendidikan akan memastikan bahwa mereka bisa ikut serta dan menikmati manfaat dari perkembangan pariwisata
Will It Happen?
Perkembangan sebuah daerah akan diikuti oleh tantangan dan permasalahan baru yang muncul. Akankah pemimpin baru Pangandaran mampu mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi daerah? Hanya waktu yang akan menjawabnya, namun langkah pertama adalah memilih pemimpin yang benar-benar peduli dan memiliki visi untuk masa depan Pangandaran yang lebih baik.
Apakah Pangandaran siap untuk benar-benar menjadi destinasi wisata kelas dunia, atau akankah tantangan yang ada menghambat langkah maju tersebut?
Visions and coherent aims will be the keys to unlock its true potential.
*) Penulis adalah pemerhati perkembangan kota, Kandidat Doktor di Program Doktor Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang.